Minggu, 12 September 2010

Akademi Perikanan Wachyuni Mandira

APWM or Akademi PErikanan Wachyuni MAndira merupakan Perguruan Tinggi Swasta yang begitu asing didengar bagiku. dengan niat nekad karena landasan paksaan orangtua untuk melanjutkan kuliah disana, aku berangkat ke tempat tersebut yang disebut orang-orang "the lost world". bermodalkan uang satu setengah juta dari orangtua, dimana tersisa setengah juta karena satu jutanya sudah digunakan untuk keperluan PENDAWA (PENDIDIKAN AWAL MAHASISWA).

singkat cerita, sebelumnya saya tidak betah coz dengan keadaan yang sepi plus pendawa selama seminggu serasa sebulan. bagaimana tidak, berawal dari proses penculikan pada malam hari dan penyiksaan baik batin n fisik plus tidak tidur selama seminggu (kalo mau tidur nyumput2 biar nggk ketauan).

selang seminggu kemudian PENDAWA selesai dengan saling ma'af-mema'afkan, he3
dan kuliah pun dimulai. tapi akibat dari pendawa pun masih terasa seperti stress, ngantukan saat kuliah plus yang aneh lagi, nafsu makan lebih besar.

proses kuliah berjalan dari hari menjadi minggu, minggu menjadi bulan dan bulan pun menjadi tahun. selama proses pendidikan tersebut, semakin berkurang mahasiswa diantara kami oleh karena hal-hal yang berbeda-beda:
1. Ricky Kospandani keluar saat kuliah baru sebulan karena tidak betah dan membayar denda
2. Said Alimansyah (alm), meninggal saat liburan pertama yaitu lebaran karena sakit
3. Wirawan Taufik Nusantara, DO akibat nilai tak mencapai standar
4. Tri Wahyono, DO akibat nilai tak mencapai standar
5. Yulia MAstina, sama seperti kedua teman diatas
6. Yanto Cahyadi, mengundurkan diri dengan alasan yang tidak jelas seperti orangnya tapi tidak mengganti rugi
7. Rio Dwi Kurniawan, DO akibat kena LP sampe 2 kali (nilai tidak mencapai standar)
8. Junitari dewi Inten, sama seperti Ryo
9. Muhammad Soleh, sama seperti dua temen diatas.
10. Sigit Wirawan Nugroho, sama seperti Ryo, Junitari dan Soleh
sehingga hanya tersisa 31 mahasiswa yang tersisa hingga akhir.

Tidak hanya Mahasiswa tetapi juga beberapa Dosen karena ada sesuatu yang tidak bisa saya sebutkan alsannya, diantaranya:
1. Pak Zulfahmi
2. Pak Muzahar
3. Pak Deni Bangbang
4. Pak Sobana
5. Ibu Mus
6. Pak Rochman
7. Ibu Sita

selama pendidikan kan pun kami mulai menyadari bahwa di tempat tersebutlah harusnya kami belajar mandiri, hidup susah bersama saudara-saudara senasib, seperjuangan. merasakan betapa sulitnya untuk mendapatkan ilmu. selain itu, menjadikan kami lebih akrab seperti saudara sendiri, hidup ekstrim. dan kuliah di APWM lah, tempat kuliah gratis dan dibayar (Seinget saya hanya bayar Rp300.00 waktu daftar ulang, ntu z dibalikin sekitar seratus ribu lebih), n lulusannya bisa bersaing dengan lulusan dari luar.

kami pun menyadari disinilah kuliah paling nyantai dan enak, plus yang lebih membuat kami bangga adalah memiliki tempat praktek saat kuliah terluas di dunia, seperti area pertambakan dan unit pengolahan terbesar di Asia Tenggara.

wahahahahahahahahah

kami menyadari bahwa "KAMI BANGGA MENJADI ALUMNI APWM!"

Selasa, 20 April 2010

Perjalanan ku MEnuju APWM

APWM Or Akademi Perikanan Wachyuni Mandira, Kata yang begitu asing di telingaku saat mendengarnya pertama kali waktu kelas 3 SMA. Kata itu disebutkan pertama kali oleh guru BK tempat aku bersekolah dan sekarang menjadi guru yang paling berjasa kepada aku. Aku ditawarkan untuk meneruskan kuliah di Akademi ini, dan setelah kupertimbangkan berkali-kali, aku berkata dalam hati, “toh apa salahnya aku coba???? sama seperti universitas dan perguruan tinggi yang lainnya baik swasta or negeri n baik di Lampung or di luar Lampung, sapa tau keterima, kan lumayan jadi bahan pertimbangan nanti”. Dan ternyata, yang di daftarkan oleh guru Kami dari SMA Kami tersebut hanya 2 orang, aku dan satu lagi teman karib ku sejak SMP (Ricky namanya). Kami merasa heran, mengapa Kami yang dipilih. Padahal banyak siswa yang lebih pintar dari Kami. Sedangkan Kami, hanya di tengah-tengah (Pinter nggak, goblok uga nggak). Kami juga bukan siswa yang baik-baik banget coZ sering ribut, tidur, sering keluar kelas hanya untuk sekedar main bola dan ke kantin, diantara kami banyak yang jauh lebih baik dari Kami,....
Akhirnya aku dan temanQ diterima dan Kami langsung menuju Lokasi Kampus untuk Melakukan Tes yang disyaratkan. Setelah sampai di tempat kampus yang aku pun tidak tau dimana tempat dan seperti apa keadaannya, betapa terkejutnya diriku. Pikir dalam hati “Ada toh, orang yang hidup di tempat seperti ini???” masih ingat dalam benakku, saat itu Sekitar Pukul 19.00 WIB, hari Rabu sekitar bulan Mei 2010.
Setelah 2 hari disana, aku pun kembali ke rumah dan tidak menceritakan sedikit pun keadaan di WM kepada kedua orang tuaku. Aku pun sudah berpikir bahwa tak mau lagi kesana. Saat itu ego ku masih tinggi, Aku masih ingin melanjutkan Kuliah ke tempat-tempat terkenal seperti ITB dan IPB,or minimal-minimalnya UNILA. Aku pun saat itu masih mengikuti tes Beasiswa untuk masuk PTN di seluruh Indonesia, dan juga aku telah lulus di beberapa PTN dan PTS baik di Lampung or luar Lampung melalui jalur PMKA, yang aku daftarkan sendiri maupun oleh guru-guru tanpa sepengetahuanku.
Setelah beberapa minggu, aku mendapatkan kabar bahwa aku tidak lulus berkas dalam tes Beasiswa tersebut. Akupun sedikit Kecewa, tetapi aku tetap ingin melanjutkan kuliah, dan akhirnya aku mengikuti ujian SPMB bersama sahabat-sahabatku yang salah satunya, temanku yang di terima di APWM juga.
Pada tanggal 2-3 Juni 2007, aku bersama sahabat-sahabatku tersebut mengikuti tes SPMB, tepatnya di GSG Unila. Saat disana aku berkumpulkan dengan 3 temanku, Mereka adalah Andri (Mengambil FKIP Fisika), Ricky (Mengambil Teknik Kimia), Irfan (Mengambil FKIP Biologi), sedangkan aku Mengambil Teknik Kimia. Kami semua mengambil di UNILA. Saat itu, kami merasa heran....”Mengapa semua peserta belajar dan membaca buku. Sedangkan kami berempat, Jangankan belajar, bawa buku aja nggk sama sekali.
Setelah beberapa minggu dari tes tersebut, pengumuman pun keluar di media cetak. Dan Kami berempat pun keterima semua di jurusan masing-masing. Sayangnya temanQ yang bernama Irfan tadi, keterima di pilihan kedua (saya agak lupa jurusan keduanya tersebut, kalo nggk salah THP). Saya bahagia saat itu, tapi saya bimbang. Karena Orang tua terus mendesak saya untuk meneruskan kuliah di APWM dengan alasan yang memang realistis, yaitu kuliah gratis n langsung kerja, tapi saya masih memikirkan ego’. Pada saat itu, saya tinggal menyisahkan 2 Perguruan Tinggi, yaitu APWM dan UNILA.
Tepatnya tanggal 23 Agustus 2010, Ricky menghampiriku untuk berdiskusi masalah Perguruan Tinggi yang akan dipilih. Dia sama sepertiku menyisahkan 2 PT, yaitu UNILA or APWM. Kami sangat bimbang saat itu, karena tanggal 24 Agustus 2010, Daftar Ulang Terakhir di Unila, dan juga Kami harus berangkat ke APWM, untuk mengikuti Daftar Ulang tanggal 25-nya disana. Setelah dengan segala pertimbangan, akhirnya Kami memilih di APWM. Langsung aku n Ricky mencari segala syarat perlengkapan untuk di sana. Kami mencari hingga malam hari dengan di bantu oleh sobat Kami, Andri.
Perlu diketahui, dari keempat orang yg lulus SPMB tadi hanya Andri saja lah yang mengambilnya. Karena teman Kami yang satu lagi, Irfan, Mendapatkan Beasiswa dari Departemen pa tau namanya, aku lupa, yang pasti Departemen Negeri untuk Kuliah di Jakarta.
Kami tiba di APWM tanggal 24 Agustus 2007 sekitar pukul 16.30 WIB. Aku bertemu teman2 yang lain disana n hanya sedikit yang ku kenal (hanya teman2 yg lewat jalur PMKA). Kami pun melewati seminggu Pendawa or Ospek yang kami rasa sama dengan Setahun. Karena kami terus digembleng dalam seminggu tersebut tanpa boleh tidur (kalo mau tidur nyumput2, tapi pasti nanti ketauan n dihukum). Setelah itu kami melaksanakan kuliah menggunakan sistem paket, saat itu kami masih menggunakan seragam “tai cecek”, sebutan orang. Setelah beberapa minggu kuliah, aku mendapati Ricky tidak betah, n akhirnya dia mengundurkan diri, dengan alasan tidak betah. Memang sih. Kalo mau jujur pertamanya saya dan teman2 juga tidak betah, WM sangat berbeda dengan kehidupan Kami dulu. Sebagai gambaran, WM merupakan daerah yang dikelilingi oleh air dan sepi. Memang sulit untuk dibayangkan, kami pun menyebutkan “the lost world”. Ditambah, daerah ini memang sangat asing bagi Kami, karena Kami tidak punya sanak kerabat disini seperti teman-teman yang lain. Memang dengan begitu, istilahnya kami (khususnya aku dan Ricky) harus mengganti pola hidup.
Aku sering melamun dalam kesendirianku, aku berbicara dalam hati, “apakah kuat aku menjalani hidup seperti ini selama 3 tahun??? rasanya satu hari berjalan sangat lama. Disini aku hidup bersama orang2 asing, sekarang aku kuliah ditempat yang sepi dengan tempat kuliah yang kecil, padahal dulu aku berpikir akan kuliah di PTN ternama dengan tempatkuliah yang besar dan luas....Nasib-nasib!!!”. Tetapi setelah beberapa lama, aku bertemu tetanga-tetanggaku melalui kakak kelas SMA aku yg kuliah disini juga dan menganggapnya seperti keluarga. Dan aku mulai akrab dengan teman-temanku disini.
Setelah beberapa bulan Kami kuliah seperti biasa, Kami mendapatkan kabar bahwa kami tidak akan punya adik tingkat lagi dan tidak ada lagi ikatan dinas, karena pemindah alihan pemegang perusahaan. Kami pun jadi sedih dan bimbangan, karena dalam pikiran Kami mana ada perusahaan yang mau menerima lulusan APWM yang tidak dikenal sama sekali. Tetapi, berkat nasihat dari dosen-dosen Kami, Semangat kuliah dalam hati kami membara kembali.
Akhirnya aku menyadari, walaupun di daerah terpencil atau tak terjangkau, civitas kami hebat, karena kami memiliki tempat praktek terluas, terbesar dan termasuk terbaik di Asia Tenggara, yaitu area budidaya di WM sendiri, Tempat Pengolahan udang (CSD) dan tempat pengolahan pakan udang (DPU) di Dipasena, juga tempat Pembenihan Udang (Hatcheri) bernama BLK di Kalianda. Tidak semua orang yag kuliah di luar mampu untuk praktek di tempat seperti itu. Selain itu, semua alumni lulusan APWM mampu bersaing di luar dengan lulusan dari PTN or PTS ternama. Jadi, walaupun kami kuliah di tempat terpencil, tetapi kemampuan kami tidak kalah dengan yang ada di luar.
Selain itu, khususnya bagi aku. Kusadari bahwa Kami hebat, semua orang belum tentu mau n bertahan di tempat tinggal Kami di WM, tetapi Kami pasti mampu hidup di tempat mereka hidup. Dan disini, kutemukan diriku sebenarnya. Selain itu, aku bertemu dengan temen2 yang sudah seperti keluarga besar. Karena merekalah yang akan merawat kita apabila disini kita sakit dan membantu apabila kita susah. Dan disinilah, aku merubah sedikit pemikiran ku dan ego ku.
Tetapi sangat kusesali, mengapa Perguruan Tinggi seperti ini harus ditutup. Padahal dari perguruan Tinggi ini, tercipta orang-orang yang berkualitas.

Catatan; From Anak Bungsu APWM

Sabtu, 10 April 2010

My Profil

Nama Lengkap                              : Dedy Antoro

Nama Peanggilan                          : Deddy or Dedo'

Tempat Lahir                                : Tegineneng

Tanggal Lahir                                : 24 Mei 1990

Agama                                            : Islam

Alamat Rumah                              : Natar, Lampung Selatan

Nama Orangtua                            : Sumiati & Sumadi

Prinsip Hidup                                : Hidup adalah ibadah dan perjuangan

Saudara                                          : Memiliki 2 orang Adik, yaitu Haris Setiawan dan Indah Cantika Putri